Selasa, 26 Maret 2013

Berbagai Suku yang Ada di Indonesia



A
Suku Aceh di Aceh: kabupaten Aceh Besar
Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara
Suku Alor di NTT: kabupaten Alor
Suku Ambon di kota Ambon
Suku Ampana di Sulawesi Tengah
Suku Amungme di Mimika
Suku Anak Dalam di Jambi
Suku Aneuk Jamee di kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya
Suku Arab-Indonesia
Suku Arfak di Manokwari
Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru
Suku Asmat di Kabupaten Asmat, Papua
Suku Abung di Lampung
B
Suku Bali di Bali
Suku Balantak di Sulawesi Tengah
Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan
Suku Baduy di Banten
Suku Bajau di Kalimantan Timur
Suku Bangka di Bangka Belitung
Suku Banjar di Kalimantan Selatan
Suku Batak di Sumatera Utara
Suku Banten di Banten
Suku Batin di Jambi
Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
Suku Bawean di Jawa Timur: Gresik
Suku Belitung di Bangka Belitung
Suku Bentong di Sulawesi Selatan
Suku Berau di Kalimantan Timur: kabupaten Berau
Suku Betawi di Jakarta
Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
Suku Bima NTB: kota Bima
Suku Boti di kabupaten Timor Tengah Selatan
Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow
Suku Bugis di Sulawesi Selatan
Suku Bungku di Sulawesi Tengah: Kabupaten Morowali
Suku Buru di Maluku: Kabupaten Buru
Suku Buol di Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol
Suku Buton di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
Suku Bonai di Riau: Kabupaten Rokan Hilir
C
Suku Cirebon di Jawa Barat: Kota Cirebon
D
Suku Damal di Mimika
Suku Dampeles di Sulawesi Tengah
Suku Dani di Papua: Lembah Baliem
Suku Dairi di Sumatera Utara
Suku Dayak di Kalimantan
Suku Dompu NTB: Kabupaten Dompu
Suku Donggo, Bima
Suku Donggala di Sulawesi Tengah
Suku Dondo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
Suku Duri Terletak di bagian utara Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, meliputi tiga kecamatan induk Anggeraja, Baraka, dan Alla di Sulawesi Selatan
E
Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)
F
Suku Flores di NTT: Flores Timur
G
Suku Gayo di Aceh: Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah
Suku Gorontalo di Gorontalo: Kota Gorontalo
Suku Gumai di Sumatera Selatan: Lahat
I
Suku India-Indonesia
J
Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta
Suku Jambi di Jambi: Kota Jambi
K
Suku Kei di Maluku Tenggara: Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual
Suku Kaili di Sulawesi Tengah: Kota Palu
Suku Kamoro di Mimika
Suku Kaur di Bengkulu: Kabupaten Kaur
Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan
Suku Kerinci di Jambi: Kabupaten Kerinci
Suku Komering di Sumatera Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ilir, Baturaja
Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan
Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
Suku Kutai di Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara
Suku Kluet di Aceh: Aceh Selatan
Suku Krui di Lampung
L
Suku Laut, Kepulauan Riau
Suku Lampung di Lampung
Suku Lematang di Sumatera Selatan
Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
Suku Lintang, Sumatera Selatan
Suku Lom, Bangka Belitung
Suku Lore, Sulawesi Tengah
Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi
Sumatera Barat
M
Suku Madura di Jawa Timur
Suku Makassar di Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba (sebagian), Kabupaten Sinjai (bagian perbatasan Kab Gowa)Kabupaten Maros (sebagian) Kabupaten Pangkep (sebagian)Kota Makassar
Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat: Kabupaten Mamasa
Suku Mandar Sulawesi Barat: Polewali Mandar
Suku Melayu (Suku Melayu Riau di Riau, Suku Melayu Tamiang di Aceh: Aceh Tamiang)
Suku Mentawai di Sumatera Barat: Kabupaten Kepulauan Mentawai
Suku Minahasa di Sulawesi Utara: Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :
Suku Minangkabau, Sumatera Barat
Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
Suku Muko-Muko di Bengkulu: Kabupaten Mukomuko
Suku Muna di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Muna
Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua
Suku Mekongga di Sulawes Tenggara: Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara
N
Suku Nias di Sumatera Utara: Kabupaten Nias, Nias Selatan
O
Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
Suku Ogan di Sumatera Selatan
Suku Ocu di Kabupaten Kampar, Riau
P
Suku Papua/Irian
Suku Palembang di Sumatera Selatan: Kota Palembang
Suku Pamona di Sulawesi Tengah: Kabupaten Poso
Suku Pasemah di Sumatera Selatan
Suku Pesisi di Sumatera Utara: Tapanuli Tengah
Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir
R
Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
Suku Rejang di Bengkulu: Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
Suku Rote di NTT: Kabupaten Rote Ndao
Suku Rongga di NTT Kabupaten Manggarai Timur
Suku Saluan di Sulawesi Tengah
S
Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas
Suku Sangir di Sulawesi Utara: Kepulauan Sangihe
Suku Sasak di NTB, Lombok
Suku Sekak Bangka
Suku Sekayu di Sumatera Selatan
Suku Semendo di Bengkulu, Sumatera Selatan: Muara Enim
Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
Suku Simeulue di Aceh: Kabupaten Simeulue
Suku Sumbawa Di NTB: Kabupaten Sumbawa
Suku Sumba di NTT: Sumba Barat, Sumba Timur
Suku Sunda di Jawa Barat
T
Suku Talaud di Sulawesi Utara: Kepulauan Talaud
Suku Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu
Suku Tamiang di Aceh: Kabupaten Aceh Tamiang
Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
Suku Ternate di Maluku Utara: Kota Ternate
Suku Tidore di Maluku Utara: Kota Tidore
Suku Timor di NTT, Kota Kupang
Suku Tionghoa-Indonesia
Suku Tojo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Toraja di Sulawesi Selatan: Tana Toraja
Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara: Kendari
Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
Suku Tomini di Sulawesi Tengah: Kabupaten Parigi Moutong
U
Suku Una-una di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Ulu di Sumatera utara: mandailing natal
W
Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton



Sumber  : WIKIPEDIA

Minggu, 10 Maret 2013

Larutan Elektrolit dan Reaksi Redoks


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang taidak dapat menghantarkan arus listrik. Suatu larutan dapat bersifat elektrolit karena dalam larutan, zat-zat terlarut terionisasi menghasilkan ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Suatu larutan bersifat nonelektrolit karena dalam larutan tidak terdapat ion-ion positif dan negatif.
Ada beberapa jenis zat elektrolit, diantaranya asam, basa, dan garam.
1.       Asam, menurut Arrhenius yang dimaksud asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion H+. Adapun basa adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion OH-. Bagian anion yang dilepaskan oleh asam di samping H+ disebut sebagai sisa asam.
2.       Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion-ion  OH-.
3.       Garam adalah persenyawaan yang terbentuk antara ion logam dan ion amonium (NH4+)dengan sisa asam.
Reaksi dalam elektrolit ditandai dengan terjadinya
1.       Air (H2O), misalnya reaksi antara asam dengan basa (reaksi naturalisasi);
2.       Gas (H­2, CO, NO­2, SO­2), misalnya reaksi antara logam dengan asam;
3.       Endapan (logam, garam yang sukar larut), misalnya logam L1 dapat mendesak logam liain (L2) gari garamnya;
4.       Perubahan warna
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penangkapan elektron atau dengan kata lain mengalami perubahan bilangan oksidasi (biloks). Oksidasi adalah reksi pelepasan elektron (kenaikan biloks), sedangkan reduksi adalah reaksi penerimaan elektron (penurunan biloks). Jika dalam suatu reaksi terdapat suatu zat yang mengalami oksidasi dan reduksi secara bersamaan, reaksi tersebut disebut otoredoks atau reaksi disproporsionasi.
Bilangan oksidasi adalah muatan yang dimiliki oleh suatu atom dalam suatu ikatannya dengan atom lain. Karena dalam ikatan yang terlibat adalah elektron, maka posisi elektron menentukan bilangan oksidasi. Untuk senyawa kovalen, bilangan oksidasi suatu unsur ditentukan berdararkan pergeseran elektron dalam ikatan kovalennya. Atom yang lebih kuat menarik elektron (elektronegativitasnnya lebih besar) mempunyai bilangan oksidasi negatif, sedangkan atom yang kurang kuat menarik elektron (elektronegativitas kecil) bilangan oksidasinya positif. Besarnya bilangan oksidasi suatu unsur bergantung pada banyaknya elektron-elektron yang terlibat dalam ikatannya.
Reaksi redoks juga terjadi pada penguraian zat-zat yang menggunakan bakteri. Bakteri yang bekerjanya memerlukan oksigen disebut bakteri aerob, sedangkan sedangkan bakteri yang bekerjanya tidak memerlukan oksigan disebut bakteri anaerob. Bakteri anaerob dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas.
Pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara juga merupakan reaksi redoks. Pembakaran BBM dan batu bara yang berlebihan dapat menimbulakan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu diusahakan penggunaan bahan bakar lain yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, misalnya energi matahari, angin, dan laut.

Minggu, 03 Maret 2013

Perbedaan Pelestarian In Situ dengan Ex Situ

Pelestarian In Situ
  1. Tempat : Pelestariannya di dalam habitat atau tempat asli flora / fauna
  2. Sebab   : Jika di pindah dapat membahayakan kelestariannya
  3. Tujuan   : Untuk menjaga kelestarian hidupnya di tempat tinggalnya agar tidak punah
Pelestarian Ex Situ
  1. Tempat : Pelestariannya di luar habitat atau tempat asli flora / fauna
  2. Sebab   : Dipindah karena : 
    • Kehilangan tempat tinggal aslinya
    • Ada tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangbiakan hidupnya
  3. Tujuan  : 
    • Upaya rehabilitasi
    • Penangakaran
    • Pengembangbiakan flora dan fauna

Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia karena indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia mempunyai potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, antara lain :
  1. Sekitar 515 jenis mamalia
  2. Sekitar 511 jenis burung
  3. Sekitar 1531 jenis reptil
  4. Sekitar 270 jenis amfibi
  5. Sekitar 2827 jenis invertebrata
  6. Sekitar 40000 jenis tumbuhan
  7. Sekitar 5000 jenis jamur
  8. Sekitar 1500 jenis monera

Mengapa Internet di Indonesia Lelet ?


Hampir setiap orang mengeluh mengenai kecepatan koneksi internet yang lambat dan mahal. Keluhan ini tidak bersifat subjektif hanya dari sebagian Gadgeteers di Indonesia. Data dari lembaga riset Akamai menyebutkan kecepatan koneksi internet rata-rata di Indonesia sekitar 772 kbps sedangkan Malaysia 1.7 Mbps, Thailand 3 Mbps, Vietnam 1.5 Mbps, Kamboja 1.2 Mbps dan Laos 956 Kbps. Pengamatan GadgetGaul selama ini menyimpulkan setidaknya ada 5 penyebab lambat dan mahalnya koneksi internet di Indonesia. Lima hal tersebut adalah :

1) Kondisi geografis yang sangat luas dan medan yang beraneka-ragam
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri lebih dari 13 ribu pulau yang terbentang dalam luas lebih dari 1.9 juta km2. Kondisi ini ditambah dengan medan yang berbukit dan berlembah tentu menjadi tantangan tersendiri dalam membangun infrastruktur internet baik kabel maupun nirkabel.

2) Tingginya angka pengguna internet
Pada Desember 2011, pengguna internet Indonesia tercatat mencapai 55 juta jiwa atau 22.4% dari total populasi orang Indonesia. Dengan angka ini, Indonesia mencatatkan diri sebagai negara dengan jumlah pengguna internet no. 8 terbanyak di dunia dan terbanyak ke-4 di Asia setelah Tiongkok, India dan Jepang. Semakin banyak jumlah pengguna internet yang harus dilayani tentu membuat rata-rata kecepatan internet semakin turun.

3) Perang promosi operator penyedia koneksi internet
Perang promosi yang terjadi pada operator penyedia koneksi internet akhir-akhir ini memang membuat harga koneksi internet terasa lebih murah bagi konsumen namun dengan itu semakin turun pula kualitas koneksi internetnya baik dari segi kecepatan maupun kestabilan koneksi yang pada akhirnya tidak jadi lebih murah dari sebelumnya.

GadgetGaul memilih menyebutnya perang promosi dan bukan perang harga karena mereka perang untuk memenangkan pikiran konsumen bahwa harga koneksi internet mereka adalah paling murah dibandingkan yang lainnya sedangkan harga koneksi internet mereka sesungguhnya tetap sama.

4) Harga hosting server lokal lebih mahal dibandingkan di luar negri
Untuk mereka yang memiliki web tentu paham bahwa harga hosting server lokal relatif lebih mahal dibandingkan dengan hosting server di luar negri seperti Amerika Serikat atau Singapura. Kecepatan web yang dihosting di server luar negri tentu lebih rendah dibandingkan web yang dihosting di server Indonesia namun demi harga hosting yang lebih murah (bahkan terkadang jauh lebih murah), tidak sedikit pemilik web Indonesia lebih memilih menaruh webnya di luar negri dibandingkan hosting di server lokal.

5) Regulasi pemerintah yang kurang efisien
Hal ini lebih banyak dirasakan oleh rekan-rekan operator penyedia layanan internet seluler seperti kewajiban membayar Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) ke pemerintah yang dirasa oleh operator terlalu tinggi sehingga membuat hitung-hitungan bisnis balik modal (ROI) dari investasi suatu teknologi misal 3G jadi lebih lambat. Jika investasi operator tersebut belum balik modal (ROI) tentu mereka akan menunda investasi teknologi berikutnya misal LTE / 4G.

Saat ini Indonesia memiliki 9 operator seluler dan itu terlalu banyak. Di berbagai negara maju, jumlah operator seluler dibatasi pemerintahnya tidak pernah lebih dari 5 perusahaan. Setiap operator akan mendapatkan spektrum jaringan yang kecil karena harus berbagi dengan operator lain. Hal ini menyebabkan rendahnya kualitas jaringan seluler Indonesia.

http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=539115769462180&id=330976646942761

Gambar Limas Segi Tiga

Gambar Limas Segi Tiga

Gambar Limas Segi Empat

Gambar Limas Segi Empat

Gambar Kubus

Gambar Kubus